Jumat, 28 Mei 2010

Sejarah Kantor Walikota Palembang ( gedung ledeng )




















Gedung Ledeng saat di banjir besar di tahun 1930an


Kalau ada menara air bernilai tinggi, mungkin inilah salah satunya. Dari segi sejarah, bangunan yang dirancang Ir. S.Snuijf dari Surabaya pada tahun 1929 ini, berdasarkan catatan pemkot Palembang dalam buku Palembang Zaman Bari: Citra Palembang Tempoe Doeloe (1989), banderol yang disematkan untuk pembangunan menara air ini sebanyak 1 ton emas. Harga ini 1/3 dari nilai yang ditetapkan Ir. Th. Karsten, pembuat master plan Palembang, untuk membangun kota Palembang saat itu sebesar 3 ton emas.



Menara air yang kini dikenal sebagai Gedung Ledeng, tempa Walikota berkantor itu, punya tinggi 35 m dengan kapasitas air yang bisa ditampung mencapai 1.200 m3 (kubik). Luas menara yang terletak di jalan Merdeka ini adalah 250m2.



Menara Ledeng ini dibuat sebagai upaya pemerintah kota Palembang saat itu (masih di bawah kekuasaan Belanda) untuk menyediakan air bersih. Pada masa itu, Sungai Musi yang dijadikan satu-satunya pemenuhan kebutuhan warga Palembang akan air, membuat pemerintah kolonial masa itu merasa perlu memberikan air bersih bagi warganya. Maklum, saat itu, air Sungai Musi memang dijadikan one stop washing. Mulai mencuci beras, makanan, hingga mencuci badan, termasuk daerah sensitif di badan itu sendiri.


Menara air itu dipakai untuk memberikan air bersih bagi warga Belanda yang tinggal di sekitar Jalan Tasik saat ini, dan Dempo. Lokasinya memang tak jauh dari menara Ledeng.

1 komentar: